Posted on

Saat ini sedang viral rumah ibadah di rest area jalan tol yang dikaitkan dengan lambang organisasi konspiratif dan simbol setan.
Sebenarnya orang Kristen sudah lebih dulu dilanda teori konspiratif ini. Di Indonesia, kira-kira pada akhir dekade 1980-an, seiring dengan masuknya aliran puritanisme dari Amerika, ada aliran-aliran kristen yang menyebarkan teori konspirasi seperti ini yang ujung-ujungnya mendukung pengajaran mereka bahwa kiamat sudah dekat. (Bukankah ini mirip sekali dengan penceramah agama yang memviralkan rumah ibadah di pinggir jalan bebas hambatan itu? Kalau disimak, benang merah ceramah-ceramahnya adalah tentang akhir zaman juga).
Kalau di sebelah pemeran antagonisnya adalah Dajjal, maka di kekristenan peran ini dimainkan oleh makhluk antikris yang memiliki angka unik yaitu 666. Orang Kristen percaya bahwa tanda-tanda kiamat adalah munculnya antikris. Untuk meyakinkan kepercayaan ini maka mereka mulai mencari-cari berbagai sosok yang kira-kira cocok jadi antikris. Maka lalu digunakanlah ilmu othak-othak gathuk untuk mencocok-cocokkan berbagai hal. Mulai dari logo Disney, P&G, Google, hingga Monster Energy pun jadi sasaran tembak hanya gegara memajang logo mirip angka 666.
Oh ya, teori konspirasi juga dikenakan pada bidang musik yang saat itu menggunakan pita kaset. Penganut teori ini memang sangat kreatif dan berpikir out of the box. Untuk menemukan bukti konspirasi, mereka membalik pita kaset! Bukan kasetnya yang diputar mundur melainkan mereka membalik permukaan pita kaset, yang biasanya dibaca oleh head menjadi di bawah. Permukaan bagian bawah itu yang kemudian diputar dan dibaca oleh head tape. Suaranya memang menjadi aneh. Tapi dari pembalikan itu, mereka menemukan pesan rahasia yang bunyinya “Jesus is satan.” Eureka! Temuan itu yang kemudian mereka viralkan, eh saat itu belum ada medsos ding. Temuan itu diceramahkan dari gereja ke gereja, dari kelompok persekutuan ke kelompok persekutuan yang biasanya kemudian diakhiri dengan pembakaran kaset-kaset “musik duniawi.” Yang lebih ekstrim lagi, ada orang kristen yang kemudian membakar alat-alat musik yang pernah digunakan untuk menyanyikan “lagu duniawi” (Jadi ingat si Tengku itu yang membuang gitarnya ke sungai setelah hijrah). Beberapa orang, karena masih sayang pada alat musiknya karena harganya mahal, tidak membakarnya tapi “mengkuduskan” alat musiknya itu dan berjanji hanya akan digunakan untuk menyanyikan lagu rohani.
Jadi, kalau sekarang ada agama lain yang sedang menggemari teori konspirasi, sebenarnya itu adalah “dosa” orang Kristen karena telah meyakininya lebih dulu.

* Gambar sampul diambil dari Mojok.co