Posted on

Ini kisah nyata. Ada teman yang mengkritik pendetanya. Dia dihardik: “Jangan mengusik hamba yang diurapi Tuhan.”
Pada kasus lain, kalau ada pendeta yang berbuat salah, lalu ada pembelaan: “Pendeta kan juga manusia!”
Lha kok pinuk men.
Jangan salah lho. Saya bukan anti pendeta karena saya kan “pak pendeta” juga.
Di satu sisi, kita harus mengakui bahwa pendeta dan hamba Tuhan lainnya itu memiliki otoritas rohani. Karena otoritas ini diklaim berasal dari Tuhan, kaum klerikal ini memiliki posisi yang lebih terhormat sehingga terjadi relasi kuasa yang timpang. Kalau mereka tergoda untuk ‘playing as god‘, maka terjadilah manipulasi klaim rohani. Segala perbuatan pendeta tidak dapat dimintai pertanggungjawaban karena berlindung di bawah klaim “sudah menjadi kehendak Tuhan.” Apakah ada ukuran untuk mengecek klaim ini? Sejauh ini orang awam kesulitan mengeceknya.

Contoh manipulasi ini dapat kita baca dari laporan investigasi media Belanda. Mereka memuat pelecehan seksual yang dilakukan oleh uskup negara sebelah. Kasus ini terjadi saat negara sebelah itu masih menjadi bagian NKRI.

Saya yakin, kasus seperti ini adalah fenomena gunung es. Hanya puncaknya yang terlihat di permukaan. Jumlah kasus yang tak terungkap lebih banyak karena korban takut untuk ‘speak up.’
Mengapa tidak terungkap? Ada hambatan yang berlapis-lapis:

  1. Kuasa pemimpin rohani yang berlebihan
  2. Tekanan untuk menjaga harmoni di lembaga keagamaan
  3. Kepentingan dari orang-orang yang mendapat mendapat dari lembaga agama akan terganggu
  4. Trauma. Korban enggan untuk mengingat kembali peristiwa traumatis
  5. Stigma buruk dari masyarakat
  6. Efek menyalahkan korban.
    Dan masih banyak lagi.
    Lalu apa yang harus dilakukan?

Tulisan pendek ini tidak mungkin dapat memberikan obat yang mujarab. Namun kembali pada premis awal bahwa penyebab manipulasi rohani ini karena adanya relasi kuasa yang timpang, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberdayakan umat. Perlu ada penyadaran supaya mereka bersikap kritis kepada klaim-klaim spiritual yang aneh-aneh. Umat sebagai komunitas sebenarnya memiliki potensi kekuatan raksasa. Pemimpin umat tidak ada apa-apanya tanpa umat. Jika mereka dapat bersatu maka pemimpin tidak dapat berbuat seenaknya dan lari dari tanggung jawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *