Posted on

Nabi Yeremia sering disebut sebagai “nabi yang menangis” karena sering mengungkapkan kesedihannya melihat kehancuran moral kaum Yehuda. Dia menggambarkan kebejatan Yehuda itu seperti orang yang sedang berselingkuh.

Perselingkuhan Yehuda ini dalam rupa-rupa penyembahan berhala, perilaku tak bermoral dan ketidakadilan. Bangsa Israel menaati peraturan agama, namun mereka tidak memberi tempat bagi Tuhan di hati mereka. Allah memandang bahwa keputusan umat untuk mengandalkan diri sendiri dan tidak lagi bergantung pada Allah adalah setara dengan  perzinahan. Hal ini karena umat Israel tidak setia lagi kepada Allah.

Kita pasti tidak pernah membayangkan akan memiliki hubungan perselingkuhan di dalam pernikahan. Kebanyakan perselingkuhan tidak terjadi secara tiba-tiba, namun dimulai dengan ketidaksetiaan yang kecil. Mula-mula dianggap remeh karena hanya ketidaksetiaan kecil, namun tanpa disadari perlahan-lahan membesar sehingga meledak dan menggoncang pernikahan.

“Engkau telah berzinah dengan banyak kekasih, dan mau kembali kepada-Ku? demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 3:1)

Jika kita ingin menjaga kekudusan pernikahan, maka kita harus menolak setiap godaan ketidaksetiaan. Kita mesti kerap bertanya pada diri sendiri: Apakah penggunaan uangku untuk kepentingan keluargaku atau hanya memenuhi keinginanku? Apakah aku lebih banyak memikirkan kepentingan diri sendiri daripada pasanganku? Apakah aku sering mengorbankan  waktu yang mestinya untuk keluarga demi pekerjaanku?

“Kekasih yang lain” itu tidak hanya berupa manusia saja, tetapi bisa juga pekerjaan, minat, hobi, uang atau benda yang dapat mengalihkan kesetiaan kita dari pasangan hidup kita. [purnawan]

SMS from God: Ada banyak godaan untuk membuat kita tidak setia. Hendaknya kita jangan menganggap remeh terhadap godaan-godaan kecil