Posted on

Di Universitas Wisconsin ada kelompok yang dibentuk oleh mahasiswa bertalenta tinggi dalam tulis-menulis. Mereka memiliki pertemuan secara teratur. Agendanya adalah saling mengritik. Pertemuan itu menjadi “arena pembantaian” karya-karya sastra. Ada semacam kebangga pribadi jika bisa menjatuhkan karya orang lain. Klub ekslusif ini dinamakan “Strangler” alias “Pencekik”.
Di kampus yang sama, juga terdapat kelompok yang anggotanya adalah para mahasisiwi yang juga punya talenta besar di bidang tulis-menulis. Organisasi ini menjadi semacam pesaing dari Stranglers. Namanya “Wranglers” alias “Pendebat.” Mereka juga saling membaca karya anggota lain. Namun terdapat perbedaan besar di antara dua kelompok. Kritik yang dilontarkan oleh kelompok wanita ini lebih lunak, positif dan memberi dorongan semangat. Bahkan karya yang paling jelek sekalipun tidak pernah dikecam, tetapi diberi saran untuk perbaikannya.
Dua puluh tahun kemudian, di antara anggota Strangler tidak satu pun yang jadi penulis sukses. Sedangkan di antara kelompok Wrangler, ada 6 orang yang jadi penulis sukses. Di antaranya adalah penulis ternama Marjorie Kinnan Rawlings, yang menulis “The Yearling”.

“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibrani 10:24)

Talenta yang dimiliki oleh anggota di antara kedua kelompok ini hampir sama. Ilmu yang diajarkan juga tidak berbeda. Perbedaanya, mahasiswa di dalam kelompok Strangler saling “mencekik”, tapi para mahasiswi di kelompok Wrangler memilih untuk saling mendorong[Purnawan].

SMS from God: Perhatikan komunitas tempat Anda berada. Apakah saling “mencekik” atau saling membangun?