Posted on

Suatu hari seorang pendeta mengadakan perjalanan ke sebuah pulau terpencil. Dia ingin memberitakan Injil ke sana.  Ternyata pulau itu hanya dihuni tiga orang dan semuanya sudah mengenal Kristus.  Pendeta terkesima dan ingin menjajaki pengetahuan rohani mereka.

“Yang kami tahu hanya berdoa,” kata penduduk asli.

“Tolong tunjukkan kalau kalian berdoa,” pinta pendeta.

“Kami berdoa begini: ‘Hey, Engkau bertiga, ampunilah kami bertiga.’ Itu saja,” jawab mereka.

Maka pendeta memutuskan untuk memberikan pengajaran, termasuk mengajarkan Doa Bapa Kami, kepada mereka.

Setahun kemudian, pendeta naik sampan untuk mengunjungi pulau itu kembali. Saat mendekati pantai, tiga penduduk asli bergegas menghampiri pendeta. “Maaf pendeta, kami melupakan Doa Bapa Kami yang Anda ajarkan. Bisakah Anda mengajari kami lagi,” seru mereka sambil berjalan di atas air.

Pendeta terdiam sejenak. “Kalian tidak perlu lagi belajar berdoa pada saya. Apa pun doa kalian, pasti didengarkan Tuhan,” seru pendeta takjub.

 

“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Roma 8:26)

Dalam doa, bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan keinginan kita kepada Tuhan. Akan tetapi rumusan kata-kata tidak menjadi syarat utama untuk berdoa. Sekali pun kita sudah tidak bisa berkata-kata lagi, Roh Kudus akan membantu kita menyampaikan keluhan-keluhan kita kepada Allah.  Allah kita adalah Tuhan yang maha tahu. Dia mengenal hati anak-anakNya dan mendampingi dalam pergumulan mereka[Purnawan].

 

SMS from God: Saat kita angkat tangan dan berserah kepada Allah, maka Allah segera turun tangan.