Posted on

Nasrudin sedang bersungut-sungut terhadap dirinya sendiri ketika kawannya bertanya apa yang ia risaukan.

Nasrudin berkata: “Ahmad yang goblok itu selalu menabok punggung saya setiap kali ia melihat saya. Maka hari ini saya menaruh satu dinamit di bawah jaket saya. Kalau kali ini ia menabok saya lagi, maka dia akan kehilangan tangannya sendiri.

Dendam hanya akan merugikan diri sendiri. Dalam perikop ini, Yusuf punya kesempatan yang bagus untuk membalas dendam. Dia punya kekuasaan yang maha besar, setelah raja Mesir. Apapun yang diperbuatnya, tidak seorang pun di Mesir yang dapat mencegahnya, kecuali sang raja Mesir. Sementara sang raja Mesir sudah menaruh kepercayaan yang besar kepada Yusuf.

Andaikata Yusuf memutuskan untuk membalas dendam, maka semua orang akan bisa memahaminya. Tidak ada orang yang akan menyalahkannya. Bagaimana tidak, gara-gara ulah kakak-kakaknya yang menceburkan Yusuf ke dalam sumur dan kemudian menjualnya sebagai budak ke Mesir, Yusuf harus menjalani penderitaan yang panjang. Pekerjaan menjadi budak, bukanlah pekerjaan yang enak. Apalagi waktu itu Yusuf terbiasa hidup enak, karena sangat dimanjakan oleh ayahnya. Ketika mendadak harus menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda, Yusuf tentu merasakan penderitaan yang amat besar. Dari yang terbiasa dilayani, sekarang dia harus melayani. Dari manusia yang merdeka dan bebas berbuat apa saja, menjadi budak yang tidak punya kebebasan.

Untunglah ia mempunyai tuan yang baik, Potifar namanya. Yusuf diangkat menjadi “kepala rumah tangga”, yang mengurusi segala keperluan rumah itu.

Namun Yusuf difitnah oleh isteri Potifar karena tidak mau diajak berselingkuh. Maka Yusuf pun dijebloskan ke dalam penjara. Jangan bayangkan kehidupan penjara saat itu seperti penjara jaman sekarang. Sangat memprihatinkan.

Di penjara itu, kemampuannya menafsirkan mimpi terlihat. Ia mampu menafsirkan mimpi juru makanan dan juru minuman raja. Kemampuannya itu menjadi jalan masuk sehingga ia bisa menafsirkan mimpi Firaun. Ia kemudian mengalami hidup yang baik, diangkat menjadi tangan kanan Firaun. Menjadi pengatur dan penyimpan gandum selama 7 tahun masa panen yang melimpah.

Ketika terjadi kelaparan, Mesir membuka lumbung-lumbungnya yang selama 7 tahun itu. Saudara-saudara Yusuf datang untuk membeli gandum. Mereka tidak menyangkan bahwa “orang Mesir” yang mereka ajak bercakap-cakap adalah Yusuf.

Tapi Yusuf mengenali saudara-saudaranya. Tapi Yusuf tidak segera memperkenalkan diri. Sekilas ia ingin mempermainkan saudara-sduaranya. Ia mengembalikan uang pembelian gandum ke karung masing-masing. Ia juga menahan Simeon dan meminta Benyamin datang.

Ketika Benyamin datang, Yusuf kembali mempermainkan mereka dengan menuduh Benyamin mencuri piala minuman. Inikah saatnya Yusuf membalas dendam? Tidak! Yang Yusuf lakukan adalah menguji sikap mereka, pakah ada perubahan dari sikap dengki, iri, marah, benci, kepada saudaranya yang lain (terutama dengan benyamin, yang seperti Yusuf dulu, juga diistimewakan).

Setelah dua kali menahan tangis, akhirnya Yusuf memperkenalkan diri pada saudara-saudaranya. Mula-mula para suadara Yusuf meras gentar sebab mengira Yusuf akan membalas dendam, Namun Yusuf tidak demikian. Ia tidak mau lagi mengingat pengalaman buruk dan perlakukan sewenang-wenang dari sduadar2nya.

Yang dia ingat adalah berkat Tuhan yang senantias menyertai hidupnya. Hingga mimpi menjadi kenyataan, saudara-saudaranya menyembah dia.

Campur tangan Tuhan dirasakan Yusuf. Sampai empat kali Yusuf menekankan perbuatan Allah (ay. 5,7,8 dan 9).

Kebencian

Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian-kejadian negatif yang sangat mempengaruhi hidupnya. Salah satunya, pengalaman dilukai perasaannya oleh orang lain. Reaksi yang sering muncul setelah pelukaan perasaan ini adalah kebencian. Perasaan benci, menurut psikolog bernama Smedes, ibarat harimau yang menggeram dalam jiwa. Semdes mengatakan, “Kebencian adalah tanggapan alami kita terhadap rasa sakit hati yang mendalam dan tidak adil. Kebencian adalah pembalasan kita secara naluriah terhadap siapa saja yang melukai perasaan kita.”

Ada kebencian yang sulit disembuhkan. Semakin lama seseorang membenci, semakin sulit penyembuhannya. Meski demikian, kebencian masih dapat disembuhkan. Caranya dengan pengampunan.

Mengapa harus mengampuni?

1. Karena kita sudah lebih dulu diampuni oleh Allah

“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Efesus 4:32 TB)

2. Tidak mau mengampuni adalah sebuah kejahatan

Perumpamaan raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.

Seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.

Lalu tergeraklah hati raja

ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain

berhutang seratus dinar kepadanya.

Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu. (Matius 18:23-35)

3. Tidak mengampuni justru akan merugikan diri sendiri

Mengampuni atau tidak adalah sebuah pilihan. Anda bisa memutuskan untuk mengampuni seseorang atau tidak sama sekali. Mengampuni memang berisiko. Kita berkorban perasaan, harga diri, dan lainnya. Dikatakan sudah lembek, tidak punya nyali, cemen, pengecut, dll.

Tapi tidak mengampuni pun juga pilihan berisiko. Ini dapat menyita energi, semangat bahkan kesehatan kita. Ketika kita mendendam pada seseorang maka seluruh energi kita tercurah untuk orang itu(kita mengamati-amati: pakai baju apa, cara omongnya dll). Dia merasa susah jika orang itu merasa senang. Sebaliknya merasa senang jika orang itu merasa susah.

Tidak mengampuni justru akan menghukum diri kita sendiri. Pepatah cina, “Siapa bermaksud membalas dendam, ia harus menggali dua lubang kubur.

Proses mengampuni

1. Menyadari dan menerima sakit hati akibat perbuatan orang lain. Jangan menolak, menyangkali atau menganggap remeh sakit hati Anda. Sadari juga akibat-akibat yang sudah ditimbulkannya.

2. Cobalah memahami alasan orang itu menyakiti hati Anda. Mengampuni hanya akan terjadi apabila kita menguluarkan tangan kita kembali pada pihak yang bersalah. Belajar melihat dari perspektif orang itu.

3. Sadarilah bahwa ada kalanya kita tidak sanggup memikul akibat itu sendirian. Curhat ke orang yang dapat dipercaya.

4. Muncul kemarahan. Kendalikan kemarahan, supaya tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Otak boleh panas, tapi hati dingin.

5. Mulai menerima kenyataan. Menerima kenyataan bawa Anda terluka. Kemudian belajar untuk mengampuni.

Pengampunan menurut Meninger: “Ketetapan hati yang menyatakan tidak ada gunanya lagi bersembunyi, menderita, membenci dan membalas dendam.” Pengampunan adalah melepas semua emosi negatif yang berkaitan dengan peristiwa masa lampau. Pengampunan merupakan tanda dan landasan adanya harga diri yang positif dan selanjutnya membuatnya semakin kokoh. Karena energi yang ada di dalam diri tidak digunakan untuk membalas dendam, tetapu untuk mengerjakan hal-hal yang lebih baik. Dengan pengampunan, diri kita bebas untuk mencapai kematangan pribadi.

Mengampuni tidak harus melupakan. Kita sulit sekali melupakan peristiwa yang membekas dalam ingatan kita. Peristiwa dan orang yang memahitkan hidup kita bisa saja terus kita ingat.

Pengampunan yang kita berikan akan membuat kita merasa tidak sakit lagi terhadap kenangan itu. Kenangan itu justru akan mengajar kita untuk tidak melakukan hal yang sama kepada orang lain.

Pernah disampaikan pada kebaktian remaja GKI Klaten, 10 Sept 2006

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *