Posted on

“Sebelum melangkah ke agenda rapat berikutnya, saya ingin melaporkan tentang suvenir Natal” ujar bu Yono dalam rapat Panitia Natal, Kelompok I & II, GKI Klaten. Mantan bidan ini mulai bercerita: “Menurut perencanaan, kita akan memberikan suvenir satu buah gelas kepada semua orang yang datang pada perayaan Natal nanti. Untuk itu, saya bersama mas Yono telah mencari gelas yang dimaksud ke kantor Kedaung di Jogja.”
Sayangnya, ternyata gelas jenis tersebut sudah tidak diproduksi. Sebagai gantinya, wiraniaga Kedaung menawarkan Mug. Akan tetapi tawaran ini ditolak oleh pak Yono dan bu Yono karena harga per itemnya jauh di atas anggaran. Maka dengan perasaan kecewa, suami-istri ini pun pulang ke Klaten. Untuk menghibur hati, mereka mampir ke rumah pak Ronald.
“Mari silakan masuk! Darimana saja ini?” sambut pak Ronald.
Bu Yono lalu bercerita bahwa mereka baru saja mencari gelas di Jogja untuk suvenir, tapi hasilnya nihil.
“Oh, mengapa tidak memakai Mug saja?” tanya pak Ronald, “Di tempat saya ada Mug. Ambil saja!”
Pak Ronald lalu menunjukkan satu buah Mug yang dimaksudkan. Desainnya cukup bagus.
“Mug ini memang bagus, Pak. Tetapi kami butuh banyak” sahut pak Yono. Dia membayangkan pak Ronald paling-paling hanya punya satu atau dua lusin Mug saja.
“Berapa sih, yang dibutuhkan?” tanya pak Ronald.
“Banyak, pak. Sebanyak 150 biji” jawab bu Yono.
“Saya punya banyak, kok. Di gudang saya masih ada limaribu biji! Itu sisa ekspor kemarin,” timpak pak Ronald enteng.
Mendengar itu, pasangan suami-isteri ini pun girang bukan main. Satu masalah bisa diselesaikan. Mereka lalu berpamitan pulang.
Sesampai di rumah, mereka mendapat kiriman surat dari Panti Asuhan di Boyolali. Setelah membaca isi surat itu, bu Yono merasa digerakkan untuk berbuat sesuatu. Meskipun tidak menuliskan maksudnya dengan tegas, bu Yono merasa bahwa Panti Asuhan itu membutuhkan sesuatu yang harus segera dipenuhi.
Maka dia pun berkonsultasi dengan beberapa anggota panitia Natal. Dia mengusulkan supaya anggaran untuk pembelian suvenir tersebut dialihkan untuk membantu Panti Asuhan di Boyolali itu. Anggota panitia yang lain setuju. Maka bu Yono dan beberapa orang segera berangkat ke Boyolali. Memang benar, Panti Asuhan itu benar-benar sedang membutuhkan bantuan. Beberapa hari yang lalu, Panti Asuhan ini memang mengirimkan surat ucapan Selamat Natal kepada para dermawan, dengan harapan mereka teringat kembali dengan Panti Asuhan itu.
“Tuhan itu memang pemain catur yang hebat!” kata bu Yono mengakhiri ceritanya. “Bayangkan, seandainya pihak Kedaung tidak menghentikan produksi gelas itu, mungkin kami tidak akan mampir ke rumah pak Ronald. Seandainya pak Ronald tidak tergerak untuk menyumbang Mug, mungkin Panti Asuhan itu tidak segera mendapat bantuan. Seandainya Tuhan tidak menggerakkan pengurus Panti Asuhan untuk menulis surat, mungkin kita tidak ingat pada Panti Asuhan itu. . . .”
Peserta rapat yang lainnya manggut-manggut. Strategi Tuhan memamg sering susah kita mengerti. Sebagai pion-Nya, biarlah kita menurut saja pada Pengatur Strategi Agung itu!

Wawan

* Visit my personal homepage at:
http://www.Geocities.com/purnawankristanto
* Read my writings at:
http://purnawan-kristanto.blogspot.com

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *