Posted on

Hari Minggu (9/6), pendeta kami menceritakan pengalamannya ketika dia masih mahasiswa teologi dan stase (praktik kuliah lapangan) di Madiun. Suatu hari Sabtu, salah satu anak remaja, yang merupakan anggota gereja, mandi di sungai Bengawan Solo dan tenggelam. Setelah diubek-ubek dan dicari di tempat biasa ditemukan mayat orang yang tenggelam, hasilnya tetap nihil.

Minggu malamnya, usai melayani di gereja mahasiswa teologi ini mengunjungi orangtua korban untuk memberi penguatan dan ikut berdoa. Saat masih dia di sana, ada seorang warga desa yang datang ke rumah itu.

"Saya membawa jimat dari mbah Kalap," kata warga desa itu sambil menunjukkan benda sesuatu,"letakkanlah jimat ini di bawah bantal. Jenazah anakmu pasti bisa ditemukan, soalnya jimat ini sudah berkali-kali menemukan jenazah orang yang tenggelam di sungai."

Dia menyerahkan jimat itu lalu pamitan pulang. Kedua orangtua yang menerima jimat ini menjadi bingung.

"Kami sebaiknya bagaimana?" tanya mereka pada mahasiswa teologi.

"Sebaiknya pasrah dan percaya pada Tuhan Yesus saja," saran mahasiswa itu. Mereka mengangguk setuju dan menaruh jimat itu begitu saja di meja.

Beberapa lama kemudian, warga desa yang memberi jimat itu datang kembali. Mungkin untuk memeriksa apakah sarannya sudah dilaksanakan atau belum. Begitu melihat bahwa jimat itu hanya digeletakkan di meja, maka terbitlah amarahnya.

"Kalian ini tidak tahu berterimakasih," katanya dengan nada tinggi, "sudah ditolong, tapi disuruh meletakkan jimat ini dibawah bantal saja tidak mau" Dia masih lagi mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan, kemudian mengambil jimat dan membawanya pergi.

Bapak dan Ibu anggota gereja ini hanya mengelus dada. "Siapa yang minta tolong dia," kata sang ibu,"lha wong dia datang sendiri. Eh, kok malah marah-marah."

"Kalau dengan jimat itu dia berhasil menemukan jenazah anak kami, tentu orang-orang akan semakin percaya pada kesaktian dukun itu," kata suaminya.

Maka mereka bertiga bertelut untuk berseru kepada Tuhan dalam doa, "Tuhan jangan sampai orang itu menemukan jenazah anak kami dengan menggunakan jimatnya," pinta mereka dengan sungguh-sungguh, "jangan biarkan nama-Mu dipermalukan."

Saat itu kira-kira pukul sepuluh malam. Usai berdoa, kedua orangtua itu berpamitan untuk tidur karena sudah sangat kecapekan. Akan tetapi mahasiswa teologi ini tetap melanjutkan doanya. Kira-kira pukul tiga pagi, dia mendengar suara yang jernih. "Sekarang beristirahatlah. Jenazah anak itu sudah ditemukan." Maka mahasiswa teologi itu segera berangkat tidur.

***

Pada malam itu juga, di sebuah tempat di bagian hilir sungai Bengawan Solo, seorang pendeta yang berangkat tidur karena kelelahan setelah melayani ibadah pada hari Minggu. Sekitar pukul malam, dia merasa seperti ada yang membangunkannya. "Bangunlah, pergilah ke sungai." Begitulah terdengar sebuah suara di telinganya.

Akan tetapi karena sudah terlalu letih, pendeta ini melanjutkan tidurnya. Namun menjelang pukul tiga pagi, tiba-tiba dia merasa seperti digulingkan dari tempat tidurnya. Dia merasa kaget dan seketika itu juga kantuknya hilang. Dia merasa ada sebuah dorongan yang kuat untuk pergi ke pinggir sungai. Dia menuruti dorongan itu, dan ketika sampai di tepi sungai, dia mencium bau sesuatu yang menyengat. Setelah dicari-cari dan diamati dengan teliti, ternyata bau yang tidak sedap itu adalah bau mayat. Dia lalu teringat, di gereja induknya ada anak remaja yang tenggelam di sungai. Sudah dua hari dicari, mayatnya belum ditemukan. Ketika dia mengamati wajah mayat itu, dia langsung mengenali dia ada;ah remaja yang tenggelam itu.

Pagi itu juga, dia memanggil tukang becak untuk mengantarkan jenazah remaja itu ke rumah orangtuanya.

***

Penemuan jenasah anak remaja itu kemudian ramai menjadi bahan perbincangan banyak orang. Di desa itu, alur sungai Bengawan Solo berbentuk kelokan. Orang yang tenggelam di sungai itu selalu ditemukan di sisi luar kelokan. Itu sebabnya, orang-orang mencari jenazah di sisi luar kelokan itu karena jenazah orang yang tenggelam di sungai, selalu ditemukan terdampar di sana. Akan tetapi, baru kali itu ada jenazah orang tenggelam yang terdampar di kelokan sebelah dalam. Ini hampir mustahil terjadi. Apakah ini sebuah mukjizat?

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

One Reply to “Apakah ini Sebuah Mukjizat?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *