Posted on

Cara pandang atas dunia kerja modern ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang berusia hampir 3000 tahun. Pemikiran mereka berpusat pada manusia dan berusaha menjauhkan diri dari Allah. Protragoras melemparkan pepatah bahwa, “manusia adalah tolak ukur segala hal.”

Pola pikir orang Yunani tidak dapat dipisahkan dari konsep “dualisme”, yaitu gagasan tentang tingkatan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Tingkatan lebih tinggi disebut “bentuk” yang terdiri dari  ide, gagasan dan pikiran yang tidak pernah mati. Sedangkan tingkatan yang lebih rendah bersifat rendah dan sementara. Hal yang bersifat rohani dianggap lebih mulia dan lebih tinggi daripada hal bersifat jasmani. Dari sini muncullah pemisahan bidang pekerjaan antara yang sekuler dan rohani. Pekerjaan duniawi atau sekuler lebih rendah daripada pekerjaan rohani.

Pandangan ini menyebabkan orang yang bekerja di sektor biasa atau pemerintah merasa belum melayani Tuhan. Mereka menganggap pekerjaannya itu masih kalah berharga di mata Tuhan dibandingkan dengan pekerjaan di lembaga pelayanan atau gereja.

Akan tetapi pandangan alkitabiah tidak dualistik. Tidak ada yang “lebih tinggi” atau “lebih rendah.” Pemazmur berkata, “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya” (24:1). Dalam Perjanjian Lama memang ada perbedaan yang jelas antara pekerjaan yang suci dan sekuler, namun perbedaan itu sudah dihapus dalam Perjanjian Lama.

Larry Peabody menulis (Secular Work is Full-Time Service), dalam Perjanjian Baru Allah tidak menggambarkan kehidupan kristiani sebagai kehidupan yang terbagi dua: yang suci dan yang sekuler. Sebaliknya, Dia menunjukkannya sebagai kehidupan yang menyatu, menyeluruh, sehingga kita dapat melayani-Nya dengan sepenuh hati, bahkan dalam pekerjaan kita sehari-hari.

Dalam kebenaran yang mulia dan membebaskan ini, yakni kebenaran di dalam Kristus, Allah telah menunjukkan kebenaran yang seakan mustahil. Dalam Kristus, apa dulu sekuler telah disucikan. Tembok pemisah telah dirobohkan. Semua yang yang diciptakan Allah itu baik dan satu pun tidak ada yang haram, jika semuanya diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh Firman Allah dan oleh doa ( 1 Timotius 4:4-5).

Dengan demikian semua pekerjaan itu suci. Semua jenis pekerjaan itu adalah ladang pelayanan kita kepada Tuhan. Tolak ukurnya adalah apakah jenis pekerjaan Anda itu selaras dengan rancangan Allah atau tidak. Jika ya, maka selamat, Anda telah melayani Allah sepenuh waktu [purnawan].