Posted on

Pasangan pengantin baru ini mengalami enam kali bencana alam saat bulan madu. Stefan dan Erika Svanstrom dari Swedia berbulan madu di Munich, Jerman, tapi terjebak badai salju terburuk di Eropa. Mereka beralih ke Cairns, Australia yang kemudian dilanda salah satu badai paling ganas dalam sejarah Australia. Mereka lalu pindah Brisbane, tetapi kota itu mengalami banjir besar. Mereka pergi ke Perth, tapi harus meloloskan diri dari amukan kebakaran hutan.

Saat mendarat di airport Christchurch, Selandia Baru, kota itu baru saja diguncang gempa berkekuatan 6,3. Karena kota itu hancur, mereka terbang ke Tokyo, Jepang. Di sana mereka diguncang gempa terbesar dalam sejarah Jepang.

Stefan Svanstrom mengatakan, meski mengalami semua itu, pernikahan mereka tetap kokoh. “Saya tahu perkawinan harus melewati sejumlah rintangan. Namun, saya pikir, kami telah melalui sebagian besar dari rintangan itu. Kami sudah mengalami sejumlah bencana, tetapi hal terpenting adalah bahwa kami tetap bersama-sama dan bahagia,” kata Svanstrom kepada harian Swedia, Expressen.

“Para istri, hendaklah Saudara menaklukkan diri kepada suami masing-masing, karena itulah yang telah direncanakan Allah bagi Saudara. Dan para suami, hendaklah Saudara mengasihi istri dan bersikap baik kepadanya serta janganlah berlaku kasar terhadap dia.” (Kolose 3:18-19 FAYH)

Di luar bencana alam, ada prahara yang lebih dahsyat yang dapat menghempaskan biduk pernikahan yaitu badai egoisme. Masing-masing pihak merasa paling benar. Tidak ada yang mau mengalah. Maka, mereka masuk masa-masa yang sulit. Jalan keluarnya adalah istri yang  menundukkan diri dan suami yang mengasihi istri [Purnawan].

SMS from God: Dalam pernikahan, dua pribadi bisa menjadi satu jika masing-masing pihak mau merendahkan diri di hadapan pasangannya