Posted on

Ada gejala pragmatisme dalam masyarakat. Sebagai contoh, di Klaten, orang-orang lebih memilih antre di SPBU daripada mencoblos Pilkadal di Klaten. Mereka lebih memprioritaskan nasib mereka dalam seminggu ke depan, daripada memikirkan nasib mereka lima tahun ke depan. Atau mungkin juga mereka sudah menyadari bahwa dalam pilkadal ini mereka akan dikadali lagi. Jadi tak ada gunanya menelan pil yang seharusnya untuk kadal itu.
Apakah pragmatisme ini sudah menjadi budaya bangsa ini? Entahlah, tapi kalau menengok pada masa perjuangan kemerdekaan dulu, rasanya para pejuang-pejuang kita tidak berpikir pragmatis.

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *