Posted on

Saya pernah membaca tulisan Kwik Kian Gie tentang Subsidi BBM. Selama ini ada persepsi yang kurang tepat tentang subsidi. Ada anggapan bahwa pemerintah mengeluarkan uang dari APBN untuk menalangi harga BBM sehingga harganya lebih murah. Padahal yang disebut anggaran subsidi itu sebenarnya adalah “opportunity lost” akibat selisih harga domestik dengan harga minya dunia. Lebih jelasnya begini, selama ini harga minyak dalam negeri selalu lebih rendah dari harga minyak dunia. Misalkan saja, harga minyak dunia $ 10/liter , sedangkan harga minyak domestik hanya $ 6/liter Dengan demikian, negara “kehilangan” kesempatan mendapat pemasukan sebesar $ 4/lt. Nah, selisih harga ini yang disebut sebagai ‘subsidi’. Dengan kata lain, negara sebenarnya tidak menyetorkan uang kepada Pertamina supaya harga BBM menjadi murah.

Yang membuat saya miris adalah tingkat kenaikan HET minyak tanah. Setelah kenaikan, harga minyak tanah di Klaten mencapai Rp. 2.700.-/liter/ Kalau mencoba berpikir positif, maka kenaikan ini akan memaksa kita mengurangi konsumsi bahan bakar karbon dan beralih pada energi alternatif yang ramah lingkungan. Akan tetapi teori itu masih jauh dari praktiknya. Cara termudah bagi rakyat untuk menyiasati kenaikan ini adalah memakai kayu bakar kembali. Jika ini terjadi, maka hutan-hutan rakyat akan menjadi korban perambahan. Yang lebih menyedihkan lagi, menurut penelitian Dian Desa di Jogja, desain tungku kayu tradiosional sangat tidak efesien. Hampir 50 persen panas api yang terbuang sia-sia.

Bagi gereja situasi ini membuka peluang entri poin untuk melayani masyarakat, yaitu penyediaan enerji alternatif. Misalnya dengan cara mengajari membuat kompor tenaga surya, berbahan bio-gas, penerangan bertenaga hidro-mikro, angin dll. Dan yang sering terlewatkan adalah pendampingan masyarakat. Selama ini kita hanya senang mengajarkan cara membuat, tetapi lupa untuk mendampingi mereka cara menggunakan dan merawat tegnologi baru itu.

Bagi penulis, ada peluang nih membuat buku/tulisan tentang energi alternatif yang tepat guna.

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *