Posted on

2 Juni 2006
Pada hari ini, kami dihebohkan dengan kasus keracunan. Malamnya, teman-teman yang berjaga di poskoPesu dikejutkan oleh suara sirene yang meraung-raung dan hilir mudik yang membawa warga yangkeracunan setelah makan nasi bungkus. Sempat beredar spekulasi bahwa ini bukan kasus keracunanmakanan, melainkan peracunan. Hal ini mengingat jumlah korban yang sangat banyak dan dalam wilayahyang luas.
Ketika saya melakukan survei ke lapangan di desa Karangturi dan Brajan, yang menjadi korbanterbanyak, saya menemui beberapa korban keracunan. Penduduk desa Brajan mengakui makan nasi bungkusdengan lauk gudeg dan telur. Sedangkan penduduk di Brajan, mendapat lauk oseng-oseng dan ayam.Semula saya menduga keracunan itu bersumber dari sambel krecek (kulit sapi yang dikeringkan), yangbiasa ada pada nasi gudeg. Namun dugaan ini ditepis dengan adanya perbedaan lauk. Jika begitu,kemungkinan besar sumber keracunan adalah pada nasinya, pengolahan pangan yang tidak hiegenis ataulainnya. Apapun sumber racun itu, yang jelas peristiwa ini semakin memperberat penderitaan danmerepotkan para relawan.
Kasus keracunan ini membuat tim medis yang ada di lapangan desa Pasung mengalami keletihan yang luarbiasa. Oleh sebab itu, pada pukul 9 pagi, Gerakan Kemanusiaan Indonesia memasok tenaga medis untukmenggantikan sementara tim medis yang bertugas, untuk memberi kesempatan mereka untuk beristirahat.
Sementara itu, Rumah Sakit Darurat di Posko Pesu mulai melayani banyak pasien. Sampai dengan sianghari, setidaknya sudah ada lebih dari 50 orang yang dilayani. Dan jumlah ini semakin bertambah. Timmedis yang melayani berasal dari PKMD RS Bethesda, Serukam, Kalimantan Tengah. Sedangkan satu timmedis lagi berfungsi sebagai tim medis keliling.
Menurut pemantauan di lapangan, bantuan sudah didistribusikan secara merata. Hari ini sayamelakukan survei di desa-desa pelosok di perbatasan Klaten-Gunungkidul, yaitu desa Karangturi,Brajan dan Gentan. Semuanya sudah terjamah bantuan, meskipun dengan jumlah yang terbatas. DesaKarangturi sudah mendapat bantuan beras 5 kg setiap KK. Saya membaca newstag di SCTV, Pundi AmalSCTV sudah sampai di desa Karangturi. Pada sore hari, saya mendapat informasi bahwa desa Ngandong,kecamatan Gantiwarno selama 3 hari hanya mendapat bantuan 3 dos supermie. Dengan semangat 45, sayasegera meluncur ke sana untuk mengecek kebenaran berita itu. Kebenaran berita itu menguat ketikamendapati bahwa jembatan di desa Soka telah putus. Kami terpaksa mengambil jalan melingkar. Namunketika sampai di lokasi, ternyata kabar itu hanya isapan jempol. Bantuan yang mengalir ke sana sudahlebih dari cukup.
Saya dan Agus Permadi pulang dengan perasaan antara senang dan dongkol. Senang karena bantuan sudahmencukupi, tapi dongkol karena dikibuli oleh pembawa berita itu. Namun dalam perjalanan pulang,hati kami sempat terhibur oleh pertunjukan Jatilan yang dibawakan oleh mahasiswa STSI Surakarta.
Hari ini bayi Aisyah yang ditemukan selamat dari puing-puing reruntuhan telah diperbolehkan pulangdari Rumah Sakit. Kondisinya sebenarnya masih lemah, namun pak Slamet–bapaknya–sangat ngotot untukminta pulang. Kami mengantarkan mereka ke desa Tegalmawen. Sesampai desa Pesu, bayi Aisyah tampaksangat pucat. Ketika akan diberi susu formula, ternyata tidak ada dot. Kebetulan isteri saya,Pelangi, masih menyusui bayi kami. Dia bersedia menyusui bayi ini di dalam mobil dalam perjalananpulang. Namun karena terlalu lemah, bayi yang belum genap berumur seminggu ini hanya mampu menyususebentar. Jika ada yang ingin melihat foto bayi ini, silakan mengklik situs Gerakan KemanusiaanIndonesia-Klaten di http://www.geocities.com/gki_klaten/
Sebagai tambahan catatan, hari kemarin saya berkeliling bersama tim dari Happy Family CentreSurabaya,masing-masing pak Xavier Quentin Pranata, pak Kim Ho dan pak Musa. Mereka bertindak sebagai timpendahulu yang mensurvei kondisi di lapangan. Bersama dengan teman-teman dari GKJ Pedan, kamimengunjungi desa-desa di kecamatan Karangdowo sambil sesekali membagikan telur rebus dan tenda.Lokasi ini berada di wilayah Timur. Secara umum, kondisi di kecamatan Karangdowo relatif lebih baikdaripada di Wedi dan Gantiwarno. Saya melihat ada beberapa tenda peleton bertuliskan DepartemenSosial. Personel tentara juga terlihat membantu evakuasi. Ada satu truk dari Pundi Amal SCTV yangmenurunkan bantuan. “Pengemis” dadakan juga tidak ada sama sekali. Ini menandakan bahwa bantuanlogistik sudah mencukupi. Listrik di pinggir jalan juga sudah mulai dihidupkan.
Kami kemudian bergerak ke selatan menuju kecamatan Cawas. Kondisinya jauh lebih baik. Kerusakanbangunan di bawah 50 persen. Pasar masih berfungsi. Mobil-mobil bantuan hilir mudik. Kami berbelokke Barat menuju kecamatan Bayat. Di sini mulai ada banyak peminta bantuan di pinggir jalan.Persentase bangunan yang roboh juga mulai meningkat.
Jumlah wisatawan bencana sudah mulai berkurang. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena sudahtidak ada lagi yang bisa dilihat karena para korban sudah mulai membersihkan puing-puing rumahmereka. Jalan Wedi-Bendhogantungan sudah lancar kembali. Saya melewati jalan ini menjelangmaghrib, sudah lancar. Padahal pada hari-hari sebelumnya, ruas jalan ini sangat macet.
Untuk menghindari gangguan di jalan, ada metode baru yang digunakan oleh pembawa mobil. Merekamemasang tulisan “Keluarga Korban” atau “Membawa Pasien” di kaca depan. Cara ini terbukti manjur,sehingga kendaraan dapat berjalan lancar.

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *