Posted on

Rabu, 12 Maret 2008
Bu Marni, pembantu kami, tidak masuk kerja karena sedang sakit Flu. Mungkin dia ketularan kami, yang lebih dulu terkena flu. Jadinya, hari ini sangat repot. Kirana belum mendapatkan mbak yang momong dia. Biasanya kalau kami ada kegiatan di luar, ya dititipkan bu Marni. Kalau sudah begitu, pekerjaan mengurus rumah tangga dia tinggalkan.
Padahal hari ini ada layatan di salah satu anggota jemaat kami. Yang meninggal memang bukan anggota jemaat di gereja kami. Tapi salah satu anggota keluarganya adalah anggota jemaat gereja kami. Kirana kami titipkan pada mbak Yayuk, penjaga kolportase gereja. Pukul setengah satu, kami berangkat. Sampai di sana, upacara penghiburan sudah dimulai, dipimpin pdt. Wiwik Wulandari dari GKJ Gumulan.
Usai melayat, perut lapar sekali. Pagi belum sempat sarapan karena banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Sampai di rumah, kami langsung meluncur ke “Tenda Biru”, sebuah warung kaki lima yang menjual masakan sayur dan lauk-pauk. Kalau tidak masak, kami biasa membeli makanan di sini.
Pulangnya, kami mampir ke rumah mbak Yayuk untuk menjemput Kirana. Tapi rumahnya terkunci. Kata tetangga, Kirana dan mbak Yayuk sedang bobo’ siang. Ya sudah, kami tinggal pulang. Nanti habis makan siang, kami jemput lagi.
Usai malan siang, dik Anggie pamitan akan membeli bahan kain untuk baju, sekalian menjemput Kirana. Saya di rumah, menyelesaikan pekerjaan yang masih menumpuk.
Sore hari, saya mendapat tugas mengambil gambar video acara Persekutuan Pasangan Suami Isteri yang diadakan oleh Komisi Dewasa. Pembicaranya pnt. Hadyan Tanwikrama (capen GKI Gejayan). Tetapi satu jam sebelum “jam main”, hujan turun deras sekali. Sudah lima hari ini hujang mengguyur kota kami dengan hebat. Wah, apa ada yang berangkat nih, pikir saya.
Tepat pukul enam sore, sesuai undangan, hujan berhenti. Pengurus Komisi Dewasa sudah siap. Tapi hingga pukul 18:20, pak Hadyan belum nongol juga. Pak Risditya Chandra mulai gelisah. Dia menanyakan nomor telepon pak Hadyan pada saya. Saya harus pulang ke Pastori dulu, soalnya Hp saya ada di rumah. Namun ketika saya kembali ke gedung narwastu, tempat persekutuan, pak Hadyan sudah muncul bersama isteri dan anaknya.
Mungkin karena hujan, Pasutri yang datang tidak banyak. Tidak lebih dari sepuluh pasangan. Ada juga jemaat yang datang sendiri, tanpa pasangannya. Kebanyakan jemaat perempuan.
Kirana kami ajak ke persekutuan tersebut. Sepanjang acara berlangsung, dia selalu minta kerupuk udang, yang tersedia di meja belakang. Paling tidak, dia sudah makan 3 keping. Padahal dia sedang batuk dan alergi udang. Tapi supaya nggak rewel, terpaksa deh kami turuti kemauannya.
Sampai di rumahnya, mamanya Kirana sudah mengantuk dan kecapekan. Dia pingin segera tidur, tapi Kirana masih ingin ditemani bermain-main. Akibatnya, Mamanya menjadi jengkel dan agak marah. Saya kemudian yang menemani dia bermain. Pukul setengah sebelas, Kirana sudah tidur. Saya pun segera ikut tidur karena juga sudah mengantuk dan kecapekan.

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *