Posted on

Trauma Healing
Untuk memberi penguatan kerohanian pada korban gempa, pendeta Hosea (bukan nama sebenarnya) punya ide untuk mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani. Kebetulan dia menjadi aktivis sebuah Forum Kerjasama Gereja-gereja. Maka dia mengajukan gagasannya ke organisasi ini. Sedangkan untuk anggaran biayanya akan dipenuhi oleh Forum ini.
Pada kenyataannya, rencana ini tidak berjalan mulus. Karena kurangnya koordinasi, panitia tidak dapat bekerja sama dengan baik. Padahal publikasi sudah disebar dan artis sudah diundang, yaitu Edo Kodlonggit. Waktu semakin mepet, tapi persiapan belum matang. Melihat hal tersebut, pemuda-pemuda di sebuah gereja (bukan gereja yang dilayani oleh pdt. Hosea) mengambil inisiatif untuk menyiapkan acara ini. Mereka bahkan mengeluarkan uang sendiri untuk menalangi biaya yang diperlukan.
Berkat kasih karunia Tuhan, acara tersebut berlangsung dengan lancar. Ada ratusan orang yang menghadiri acara ini.
Rupanya Pdt. Hosea terkesan dengan kinerja pada pemuda gereja yang bekerja secara sigap dan efesien ini. Maka dia menghubungi salah satu majelis di gereja itu untuk menawarkan kerjasama lagi. Dia ingin mengadakan program pemulihan trauma (trauma healing) terhadap korban gempa.
Majelis gereja kemudian menyampaikan tawaran pdt. Hosea ini kepada para pemuda di gerejanya. Reaksi pertama yang ditunjukkan oleh para pemuda adalah tertawa ngakak.
“Sebenarnya yang lebih membutuhkan pemulihan trauma adalah kami,” kata salah seorang pemuda.
“Maksudnya bagaimana?” tanya Majelis dengan heran.
“Kami, –para pemuda gereja–, sampai sekarang masih merasa trauma bekerja sama dengan pendeta Hosea itu,” lanjut sang pemuda.
Sang Majelis hanya tertawa kecut

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *